News Update :
Home » , , » Dakka hutagalung (Pikkiri Denggan)

Dakka hutagalung (Pikkiri Denggan)

Penulis : Karta_Jaya on Jumat, 18 Maret 2011 | 06.43


Artist: Dakka hutagalung
Album: Pikkiri Denggan
Dirilis:
Pruduction:





List Lagu Dakka hutagalung

01. Pikkiri Denggan [Download]
02. Buni Di ate-ate [ Download]
03. Siraya Katumba [Download]
04. Hodo Paulaen [Download]
05. Boan Au [Download]
06. Sipata [ Download]
07. Jaloonmu Do Muse [Download]
08. Nahuparsinta [Download]
09. Tangiang Tu Dainang [Download]
10. Nang Saribu Taon [Download]

Profil Dakka Hutagalung
NAMA Dakka Hutagalung di jagad Musik Batak, sudah tak asing lagi. Ratusan lagu Batak lahir dari tangan dinginnya. Namun kehidupan Dakka di hari tua, sungguh ironis. Jauh dari bayangan kehidupan artis yang bergelimang harta.

Pencipta lagu Sonata yang Indah ini hidup sederhana di rumah kontrakan, di Tangerang, nun jauh dari hiruk pikuk ibu kota metropolitan. “Memang itulah adanya saya, hidup di rumah kontrakan, namun saya tidak pernah mengeluh dengan keadaan ini, Saya tetap bersyukur,” kata Dakka Hutagalung kepada BATAKPOS, beberapa waktu lalu.


Padahal Dakka adalah pencipta lagu yang setelah Nahum Situmorang, mungkin hanya dialah generasi pencipta lagu Batak yang tetap eksis dan mampu mengorbitkan puluhan lagu-lagu Batak hingga merajai blantika musik di Tanah Air sampai sekarang.

Sebenarnya kakek enam cucu ini sempat membeli rumah untuk keluarganya. Namun karena pemasukan sebagai pencipta lagu tidak seberapa, ia terpaksa menjual rumah. “Untuk menghidupi keluarga dan kebutuhan sehari-hari, saya terpaksa menjual rumah dan sekarang tinggal di rumah kontrakan,” ungkapnya.

Dakka mengakui, penghasilan dari mencipta lagu tidak lah seberapa. “Coba tunjukkan kepada saya, siapa sih pencipta yang bisa hidup berkelebihan dari hasil karyanya, kalau tidak melalui hasil sampingan,” katanya.

Saat ini, satu lagu yang diciptakan Dakka dihargai antara Rp1,5 juta hinga Rp2 juta. Bila lagunya hit, maka dia akan mendapat royalti. “Jadi kalau lagu kita itu hit dalam satu album, kita bisa mendapat Rp5 juta. Dengan hasil seperti itu, jelas tidak akan mencukupi kehidupan sehari-hari. Apalagi kalau anak kuliah, hidup akan morat-marit. Makanya saya tidak ingin membuat lagu sembarangan,” kata personel Trio Golden Hard (1960 – 1970-an) ini.

Diakui Dakka kehidupan para pencipta lagu terkadang miris, hidup sederhana dan pas-pasan bahkan tidak sedikit yang kekurangan. Berbeda dengan para penyanyi yang bergelimang harta. Padahal peran pencipta lagu sangat besar dalam blantika musik Tanah Air.

Tanpa pencipta lagu mana mungkin ada penyanyi, produser. Pencipta lagu adalah salah satu motor perekonomian di negara ini. “Bisa nggak Anda bayangkan apa yang terjadi bila tidak ada musik sehari saja di Indonesia. Namun perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan para pencipta lagu terlebih dihari tua mereka, masih kurang,” katanya prihatin.

Kebanyakan para pencipta lagu, di masa tuanya hidup apa adanya dan kadang-kadang tidak memiliki apa-apa. Menyadari hal tersebut, selain mencipta lagu, dia juga harus bergelut di studio untuk mengaransemen album yang dipercayakan kepadanya. Namun hal itu tidak mungkin bisa dilakukan setiap hari. Sebab diusia senjanya ini, Dakka juga butuh istirahat yang cukup untuk menjaga kondisi badannya. “Saya kebanyakan di rumah kalau tidak ada kerjaan lain,” katanya.

Kegiatan lainnya, ia juga aktif di gereja mengajar koor kepada para anak muda dan orangtua atau siapapun yang membutuhkan. “Ini murni saya lakukan untuk pelayanan, tidak ada uang masuk dari situ,” katanya.

Kendati hidup sederhana, tak sedetik pun ia berpikir meraup untuk dari situ. Hal ini sebagai wujud syukur dan terima kasih Dakka kepada Tuhan atas talenta yang diberikan. “Itu inti dari semua hidup ini, jangan sampai lupa mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan,” katanya.

Baginya lagu merupakan salah satu alat untuk mengungkapkan rasa berbagai kejadian. Ia mengingatkan kalau lagu diciptakan hanya sekedar untuk tujuan komersial, maka lagu itu tidak mungkin abadi. Lebih parahnya lagi akan bisa merusak apa saja bila tidak selektif menggunakan bahasa.

Dakka mencontohkan, banyak kesalahan dalam khasanah syair lagu Batak seperti tampuk ni ate-atengki. Jelas penggunaan kata ini dalam lagu sudah menyalahi makna. Sebab di mana-mana di dunia ini tidak ada tampuk ni ate-ate, yang benar itu adalah berurat. Artinya, hati itu tidak pernah mempunyai tangkai, hati hanya mempunyai urat.

Yang lebih konyol lagi sekarang ini dikatakan, para produser memang sengaja membuat album dengan pencipta no name. Sebab dengan demikian, mereka tidak akan membayar hak cipta atau sejenisnya. “Ini kan sudah jelas tidak fair, padahal sudah banyak para produser yang kaya raya dari ciptaan lagu, yah sebaiknya mereka menghargai jerih payah kitalah,” saran Dakka.

Lagu ciptaan Dakka, baik lagu rohani Batak atau lagu pop Batak sudah mendapat sambutan dari masyarakat. Denada Tambunan juga pernah menyanyikan gubahannya. Salah satu lagu yang cukup terkenal sampai sekarang berjudul Di dia Rokkap Hi yang artinya kira-kira "Di manakah jodohku".

Lagu itu merupakan lagu yang sulit dinyanyikan karena diawali dengan nada rendah, tinggi dan rendah lagi. Lagu itu mengisahkan kesedihan seorang ibu yang melihat anak gadisnya tak kunjung dapat jodoh.


Batak post.com
Share this article :

Posting Komentar

 
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2011. SONG LIBRARY . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger